Beauty bullying merupakan bentuk bullying yang kerap dialami perempuan Indonesia baik secara verbal maupun melalui media sosial. Permasalahan ini kerap menghantui para perempuan terutama di ruang media sosial yang biasa kita sebut dengan social beauty bullying. Beauty bullying ternyata juga kerap dialami oleh publik figur seperti Maudy Ayunda. Tak jarang Maudy menerima komentar atau ‘nyinyiran’ terkait penampilannya di media sosial.
“Dulu aku berpikir bahwa menerima komentar negatif tentang penampilan di media sosial merupakan risiko sebagai public figure. Tapi lama-lama aku semakin menyadari bahwa tidak sepatutnya kita tinggal diam, ujarnya. Memahami isu ini, Maudy Ayunda bersama Lux meluncurkan inisiatif #STOPBeautyBullying untuk mengajak perempuan Indonesia melawan social beauty bullying dengan berani mengekspresikan kecantikannya.
"Aku berharap melalui inisiatif ini perempuan Indonesia semakin berani menunjukkan bahwa komentar-komentar negatif itu tidak dapat menghalangi kita untuk mengekspresikan kecantikan kita dan kemampuan kita untuk berkarya,” ungkap Maudy di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Maulani Affandi, Head of Skin Cleansing & Baby PT Unilever Indonesia Tbk dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, “Media sosial sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Namun, platform ini seringkali disalahgunakan, contohnya melontarkan komentar negatif yang menyerang penampilan fisik." Padahal menurutnya, setiap perempuan itu cantik dan berhak untuk mengekspresikan kecantikannya tanpa terkecuali. Karenanya ia mengajak para perempuan untuk berani mengekspresikan dirinya dan mengesampingkan komentar–komentar negatif orang lain terhadap dirinya.
Berdasarkan data dari The Cybersmile Foundation, social beauty bullying telah menjadi permasalahan yang dialami lebih dari 45 juta perempuan di dunia. Ironisnya, tindakan tersebut kerap kali datang dari sesama perempuan, baik dari keluarga, kerabat, rekan sekantor ataupun teman yang dapat mempengaruhi sisi psikologis dari perempuan tersebut.
Hal ini dibenarkan Nuran Abdat, M.Psi, Psikolog Klinis dari Brawijaya Healthcare. “Perilaku social beauty bullying umum dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan lain secara online yang mengomentari penampilan seperti make-up, model rambutnya, fitur fisik, dan lain-lain. Tindakan ini dapat mengganggu kondisi mental pelaku dan korbannya. Untuk itu, seseorang harus menghargai dirinya sendiri – agar dapat menghargai orang lain,” katanya.
Menurut catatan UN Women, di seluruh dunia, perempuan terus mengalami kekerasan, terlepas dari tingkat pendidikan, status sosial, maupun usia mereka. Bullying sebagai salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan, termasuk di media sosial, seringkali luput dari perhatian dan dianggap sebagai suatu hal yang biasa. Untuk itu, Maudy, Maulani, bersama UN Women mengajak seluruh pihak untuk melakukan aksi untuk menghentikan normalisasi atas tindakan kekerasan. Perempuan Indonesia diajak tetap berkarya meski dalam situasi yang tidak diinginkan atau dalam tekanan social beauty bullying. “Kami berharap semakin banyak perempuan Indonesia melawan social beauty bullying. There is no such thing as beauty standard, because every women is beautiful,” ujar Maulani.
sumber: kompas.com